SURABAYA: Rumah Sakit Islam Surabaya A. Yani berbenah diri dengan membangun gedung baru setinggi lima lantai, dengan total investasi sebesar Rp 42 miliar. Jumlah ini akan bertambah menjadi sekitar Rp 62 miliar jika ditambah dengan mebeler dan peralatan medis.

rsi-a-yani-disiapkan-jadi-rumah-sakit-pendidikan-dan-pusat-hemodialisa-bangun-gedung-lima-lantai-senilai-rp-42-miliar-b

Ke depan rumah sakit swasta tertua di Surabaya ini akan dijadikan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan menjadi pusat layanan hemodialisa (cuci darah) serta layanan kesehatan dan kecantikan kaum hawa (women health and beauty).

Demikian diungkapkan Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis)., Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, dalam acara pemancangan tiang pertama pembangunan gedung perluasan RSI A. Yani, Senin (15/5) siang.

“Karena letaknya yang strategis di pintu gerbang masuk kota Surabaya, RSI akan hadir menjadi ikon bagi kota Surabaya. Pembangunan ini juga untuk mendukung kota Surabaya sebagai kota jasa layanan, terkait dengan layanan kesehatan,” katanya.

Terkait dengan target penyelesaian pembangunan ini, Nuh menjelaskan, dari total anggaran ini, semua dibiayai secara mandiri oleh Yarsis, namun demikian tidak menutup kemungkinan menerima sumbangan dari pihak lain. “Kami mentargetkan selesai pengerjaan fisik bangunan dalam waktu 1,5 tahun. Mudah-mudahan jika ada sumbangan dari pihak lain bisa selesai lebih cepat,” katanya.

Nuh juga menjelaskan bangunan setinggi lima lantai itu tidak diperuntukkan bagi kepentingan rawat inap, karena desain yang dibuat ruang rawat inap hanya sebanyak 20 kamar. Sisanya diperuntukkan bagi layanan rawat jalan, yang diharapkan akan mampu bersaing dengan layanan rumah sakit lain. “Karena itu gedung ini nantinya akan dilengkapi dengan berbagai macam peralatan diagnostik untuk kepentingan operasi dan rawat jalan pasien. Kami akan menjadikan RSI ini sebagai pusat layanan hemodialisa (cuci darah) dan women health and beauty,” kata Nuh menjelaskan.

Selain untuk layanan kesehatan bagi masyarakat, RSI juga akan dijadikan sebagai tempat pratik para mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Ke depan rumah sakit ini juga akan disiapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

Mantan Mendikbud ini menjelaskan, ada dua bidang yang menjadi fokus Yarsis untuk membantu Surabaya sebagai kota jasa, yakni fokus di bidang kesehatan dengan dimilikinya dua RSI di A. Yani dan Jemursari, dan pendidikan dengan berdirinya Unusa. “Dua bidang ini yang menjadi fokus perhatian program besar di Yarsis. Kami yakin dengan meningkatkan pelayanan di dua bidang ini, akan membantu berkembangnya Surabaya sebagai kota jasa,” katanya.

Nuh yakin, pasarnya masih terbuka luas untuk dua bidang itu. Rumusnya sederhana, Surabaya dan sekitarnya kini tingkat kesejahteraannya terus meningkat. Kebutuhan akan layanan yang berkualiats pun pasti meningkat. Dari situlah dituntut kehadiran rumah sakit yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas, sehingga jika ada warga Surabaya dan masyarakat dari Indonesia Timur, mau berobat, tidak harus pergi ke negara tetangga. “Jika jadi pusat layanan kesehatan rentetan bisnis panjang, dan layanan-layanan lainnya juga akan tumbuh, seperti jasa hotel, jasa transportasi, serta jasa makanan atau kuliner,” katanya.

Nuh juga menambahkan, sebagai kekayaan milik Nahdlatul Ulama (NU), maka apa yang dilakukan oleh Yarsis ini juga bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka 100 tahun NU. “Dalam memasuki usia NU ke 100 tahun, kehadiran RSI dan Unusa adalah bagian dari upaya kami memberikan layanan seoptimal mungkin kepada umat,” katanya. (Humas Unusa)